Selasa, 08 September 2015

Percikan : Kaos Kaki Bolong. Dimuat di majalah GADIS edisi 18 - 25 Agustus 2015



Alhamdulillah ... ini percikan ke dua yang dimuat di majalah Gadis.
Tapi masih belum bisa tembus cerpen. Hiks.
Tak apalah. Semoga ke depannya bisa menghasilkan karya yang lebih berkualitas. Aamiin. :)

Selamat membaca karya sederhana ini ... :)


Kaos Kaki Bolong

Fiuh! Lelah. Acara kerja bakti persiapan ulang tahun sekolah ternyata cukup menguras tenaga. Dari pagi sampai tengah hari begini belum selesai juga.

Mataku melanglang, mencari tempat yang kira-kira nyaman buat istirahat sejenak sebelum sholat dan makan siang. Aku duduk di salah satu akar yang mencuat ke permukaan tanah dan menyelonjorkan kaki. Kulepas kedua sepatuku, agar kaki-kakiku bisa sedikit lebih rileks. Tapi ….

“Ya ampun … kok bisa salah pakai kaos kaki sih?!” pekikku panik. Kaos kaki yang kupakai di sebelah kanan ternyata robek di bagian kiri, hingga ibujari-nya menerobos keluar.

“Cindy!”

Suara panggilan seseorang mengagetkanku. Dewa! Cowok itu sedang berjalan beberapa meter ke arahku. Aku harus cepat-cepat menyembunyikan penampakan kaos kakiku yang robek ini. Gawat kalau sampai Dewa melihatnya, bisa ilfeel dia sama aku. Dan proses pedekate-ku sama dia bisa kacau. Tapi, karena gugup, aku malah jadi sulit memasang sepatuku dengan benar. Rasanya susah sekali memasukkan kakiku ke sana. Secepat kilat aku melipat kaki.

“Sendirian aja, Cin?” tanya Dewa sambil mengambil tempat di sebelahku. Ia melihat ke arah kakiku. “Hey, kakinya jangan dilipat kayak gitu. Nanti kram lho.”

Aku tersenyum kikuk. “I-iya, ini … memang lagi kram. Nggak bisa dilurusin.”

Aduh. Kenapa aku kasih jawaban itu? Bodoh! Dewa jadi makin mendesakku untuk meluruskan kaki. Dia berusaha untuk meraihnya.

“Jangan! Ini juga lagi kesemutan. Jangan dipegang!” sergahku buru-buru.

Wajah Dewa telihat makin panik. “Kalau begitu aku cariin minyak urut, atau apa gitu yang bisa dipakai buat obat. Siapa tahu di UKS ada. Kamu tunggu di sini!”
***

“Cindy. Kenapa tadi kamu pergi? Padahal aku udah bawain obatnya,” seloroh Dewa dengan mimik kecewa saat tak sengaja kami bertemu di depan mushola sekolah, hendak sholat Dzuhur.

“Maaf. Tadi aku kebelet pipis, udah nggak tahan.”

“Terus sekarang gimana kaki kamu, udah baikan?”

Aku mengangguk kecil sambil memaksakan seulas senyum yang pasti sangat nggak enak dilihat. “Iya, udah baikan kok. Udah ngak apa-apa.”

Usai sholat, aku mendengar suara ribut-ribut di depan mushola. Aku berjalan cepat ke luar. “Ada apa sih?” tanyaku pada Mawar, teman sekelasku.

“Itu, anak-anak cowok pada lempar-lemparan kaos kaki bolong.”

Demi apa? Aku nggak salah dengar? Gawat! Jangan-jangan itu kaos kakiku. Apa yang harus aku lakukan?

Cowok-cowok itu makin asyik dan seru saling melempar kaos kaki berwarna putih itu dengan tampang jijik tapi menyebalkan. Aku sudah nggak tahan lagi melihatnya.

“Hey, cukup! Nggak sopan, tahu!”

Gerakan mereka berhenti. Salah seorang memandangku dengan tatapan mengejek. “Kenapa? Memang kaos kaki ini punya kamu?”

Aku gelagapan. “Ya … punya siapa pun itu nggak penting. Yang jelas itu nggak sopan!”

Kaos kaki itu dilempar ke arahku dengan kesal. Mereka menyorakiku. Kerumunan itu pun bubar. Tapi … kenapa Dewa masih di sini? Apa dia curiga kalau kaos kaki ini milikku?

“Cin, terima kasih, ya. Kamu udah menyelamatkan aku.”

Dewa tetunduk. Ia melirikku malu-malu. “Hmm … kaos kaki itu … punya aku.”

Aku ternganga. Nggak salah dengar? Dewa mengakui kaos kaki itu miliknya? Lalu di mana kaos kakiku? Buru-buru aku mencari sepatuku yang ada di pojok. Aku mengeceknya. Dan ternyata kaos kakiku memang masih ada. Tanpa sadar aku mengeluarkan kaos kaki itu dari dalam sepatu dan menggantungnya dengan tanganku tepat di depan wajah.

“Jadi kaos kaki kamu juga bolong?” tanya Dewa mengembalikan kesadaranku. Dia tertawa. Aku jadi ikut tertawa geli. Ternyata bukan cuma aku yang kaos kakinya bolong. ***



Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca. Tulisan ini tentu masih banyak kekurangan.
Semoga bisa bermanfaat dan memberi inspirasi... *sok-sok-an aja gue -_- Hihihi.
Mari terus berkarya!! :)

13 komentar:

  1. gue juga udah baca :v kapan emailku tembus ke email gadis yang kak sal kasih :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba pakai email lain, Ra :)
      Ayok semangat! Semoga kamu juga bisa tembus Gadis. Aamiin :)

      Hapus
  2. Ending-nya seru, Kak ^^
    Saya pernah kirim e-mail ke Gadis dapet balesan dari mailer daemon :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai sekarang aku juga masih sering dapat balasan dari mailer daimin itu :3

      Hapus
    2. Sampai sekarang aku juga masih sering dapat balasan dari mailer daimin itu :3

      Hapus
    3. Sampai sekarang aku juga masih sering dapat balasan dari mailer daimin itu :3

      Hapus
  3. Cerpen yg menarik dan menghibur, bikin senyum :-)

    BalasHapus